Tradisi Lisan dapat dijadikan Sumber Sejarah untuk Merekonstruksi Peristiwa Sejarah namun tidak Dapat Begitu Saja Diterima sebagai Fakta Sejarah Karena

Tradisi lisan memiliki peran penting dalam pembelajaran sejarah. Di banyak masyarakat, terutama masyarakat primitif dan masyarakat tradisional, sejarah selama ini telah dilestarikan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui lisan. Cerita-cerita lisan ini menjadi sumber sejarah yang memungkinkan kita untuk merekonstruksi peristiwa sejarah. Namun, ada beberapa alasan yang membuat tradisi lisan tidak dapat sepenuhnya diterima sebagai fakta sejarah.

Kelemahan Utama Tradisi Lisan

Pertama-tama, tradisi lisan sering kali bersifat subjektif. Seringkali, kisah dan interpretasi peristiwa sejarah yang disampaikan melalui tradisi lisan terpengaruh oleh pengetahuan, pandangan, dan penilaian subjektif narator. Ini berarti, dua orang yang berasal dari generasi atau kelompok sosial yang sama mungkin memiliki versi yang berbeda tentang peristiwa yang sama.

Kedua, tradisi lisan dapat mengalami distorsi seiring waktu. Seperti permainan “telepon bisu”, kisah yang diceritakan berulang kali dari satu generasi ke generasi berikutnya sering mengalami perubahan dan distorsi. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa apa yang beredar hari ini sebagai “fakta sejarah” dalam tradisi lisan mungkin jauh berbeda dari apa yang sebenarnya terjadi.

Ketiga, tradisi lisan sering kali dilengkapi dengan unsur fantastis atau mistis. Dalam upaya untuk membuat cerita lebih menarik atau bermakna, narator sering menambahkan elemen fantastis atau mistis. Ini bisa mempersulit pengertian tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Ketergantungan Sejarawan terhadap Sumber Lain

Mengingat kelemahan-kelemahan ini, sejarawan tidak hanya mengandalkan tradisi lisan dalam penelitian mereka. Sebaliknya, mereka juga menggunakan berbagai sumber lain, termasuk teks-teks sejarah, batu nisan, artefak, dan benda-benda fisik lainnya, untuk mencapai pemahaman yang lebih akurat tentang masa lalu.

Teks sejarah yang ditulis, contohnya, sering kali memberikan detail yang lebih spesifik dan akurat daripada tradisi lisan. Batu-batu nisan dan artefak, sementara itu, mampu memberikan bukti fisik dimana peristiwa tersebut terjadi.

Perlunya Interpretasi Kritis

Meski demikian, meskipun tradisi lisan memiliki beberapa kelemahan, mereka tetap merupakan sumber yang berharga untuk memahami sejarah, terutama sejarah masyarakat yang tidak memiliki tulisan. Namun hal tersebut membutuhkan interpretasi kritis dan selektif, serta pemaduan dengan sumber-sumber lain, untuk mendapatkan gambaran sejarah yang paling akurat dan lengkap.

Dengan kata lain, tradisi lisan dapat berfungsi sebagai jembatan menuju pengertian kita tentang masa lalu, tetapi tidak dapat begitu saja diterima sebagai “fakta”. Sejarah, setelah semua, adalah proses pengejaran kebenaran tentang apa yang terjadi di masa lalu, dan dalam proses tersebut, setiap sumber informasi memiliki peranannya sendiri.


Eksplorasi konten lain dari DanamonRUN

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Situs Pendidikan Masa Kini Yang Membagikan Kumpulan Soal Pendidikan Terlengkap dan Terbaru Seputar CPNS, IPA, IPS, Dan Bahasa Indonesia.

Tinggalkan komentar

Eksplorasi konten lain dari DanamonRUN

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca