Soekarno Berusaha Menciptakan Kubu Bangsa-Bangsa Tertindas yang Progresif Revolusioner Menentang Imperialisme dan Neo-Kolonialisme dengan Sebutan

Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, dikenal sebagai pemimpin yang berani dan visioner. Dalam usahanya menghadapi imperialisme dan neo-kolonialisme, ia menciptakan konsep dan gagasan yang progresif dan revolusioner. Dia berusaha merangkai kubu kuat dari bangsa-bangsa yang tertindas dengan sebutan Konferensi Asia-Afrika atau yang lebih dikenal dengan Bandung Conference.

Membangun Front Bersama

Sebagai pemimpin negara yang baru saja merdeka, Soekarno menghadapi tantangan besar dalam bentuk imperialisme dan neo-kolonialisme. Untuk melawan tekanan dan pengaruh tersebut, Soekarno melihat pentingnya membentuk front bersama dari negara-negara yang juga menghadapi hal serupa. Dalam hal ini, Soekarno membawakan gagasan bahwa bangsa-bangsa yang pernah dijajah dan tertindas harus bersatu untuk melawan penindasan baru dalam wujud imperialisme dan neo-kolonialisme.

Konferensi Asia-Afrika

Konferensi Asia-Afrika diadakan pada April 1955 di Bandung, Indonesia. Konferensi ini mendapatkan perhatian dunia sebagai forum para pemimpin dari dua puluh enam negara yang sebagian besar merupakan bangsa-bangsa yang baru merdeka, yang mencari jalan sendiri dalam dunia pasca Kolonial yang dipenuhi dengan ketidakpastian dan perubahan.

Konferensi ini merupakan wujud langsung dari upaya Soekarno dalam menciptakan kubu bangsa-bangsa tertindas yang progresif revolusioner menentang imperialisme dan neo-kolonialisme. Melalui konferensi ini, Soekarno dan para pemimpin lainnya mengecam penjajahan dalam segala bentuk dan mendeklarasikan dukungan mereka terhadap perjuangan nasional untuk kemerdekaan dan kedaulatan penuh.

Dampak dan Pengaruh

Langkah bersejarah ini menghasilkan serangkaian prinsip yang dikenal sebagai “Dasasila Bandung,” yang paling dikenal adalah penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kedaulatan nasional, penolakan terhadap agresi dalam bentuk apa pun, dan kerjasama antarnegara. Prinsip-prinsip ini sampai hari ini dianggap sebagai fondasi dari Kebijakan Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia dan juga menjadi azas dalam hubungan internasional.

Sementara itu, konferensi ini juga menjadi titik awal pembentukan Gerakan Non-Blok, yang adalah wujud konkret dari upaya Soekarno dalam menciptakan kubu bangsa-bangsa tertindas yang progresif dan revolusioner. Gerakan ini memberikan negara-negara anggotanya suatu platform untuk saling mendukung dan berkolaborasi dalam melawan imperialisme dan neo-kolonialisme.

Secara keseluruhan, upaya Soekarno menciptakan kubu bangsa-bangsa tertindas yang progresif revolusioner menentang imperialisme dan neo-kolonialisme bukanlah tindakan heroik semata. Lebih dari itu, merupakan bentuk strategi politik dan diplomasi lanjutan yang membawa dampak signifikan pada perjalanan sejarah politik internasional dan perjuangan bangsa-bangsa tertindas di seluruh dunia.

Avatar of DanamonRUN

Situs Pendidikan Masa Kini Yang Membagikan Kumpulan Soal Pendidikan Terlengkap dan Terbaru Seputar CPNS, IPA, IPS, Dan Bahasa Indonesia.

Tinggalkan komentar